Wahai malam...kau yang akan menjadi saksi runtuhnya
perasaan dihati. Aku membangunnya diatas puing-puing kepedihan...terseok-seok
aku melangkah, tak dapat lepas darinya. Tancapkanlah sebilah pisau tepat
didadaku...atau ambilah perasaan ini, hingga aku dapat menebar senyuman di
wanginya taman bunga.
Ini aku yang mengharap senyumanmu. Aku sungguh telah
dibuai kehadiranmu, waktu yang berputar tak begitu singkat. Hingga kau
memberikan luka yang amat dalam. Aku memang terlalu naif akan semua angan yang
kubuat. Bahkan anjing pun akan menggonggong di malam hari menantikan sosok
asing yang datang. Begitu pula aku...kau tampak asing dimataku. Bayangan gelap
menyelimuti kalbu, tak tau arah akan kemana menuju. Sungguh aku telah hancur
bagai kayu yang dilalap api, hingga kau hanya bisa melihat abu ku saja. Kau
tiup perlahan ke udara, bertebaran disapu angin, mengikuti tempat persinggahan
terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar